PANEN
DAN PASCA PANEN
Umur Panen
A. Kacang Tanah
Waktu
panen dapat ditentukan berdasarkan pertimbangan umur tanaman, tingkat kemasakan
fisiologis dan kondisi cuaca. Penentuan waktu panen disesuaikan pula dengan
jenis atau varietas yang ditanam. Kacang tanah yang sudah siap panen, daunnya
mulai menguning dan rontok. Panen kacang tanah dilakukan bila minimal 75%
polong telah tua. Umur tanaman pada saat polong tua bergantung pada
varietasnya. Varietas unggul nasional umumnya berumur sekitar 100 hari, sedang
varietas local dapat dipanen pada umur sekitar 90 hari (Sumarno, 1986). Untuk
dijadikan benih, kacang tanah dipanen saat berumur ± 110 hari dan sebagian
besar ± 80% polongnya telah tua.
Penangguhan
panen akan mengakibatkan biji berkecamabah atau polong mudah terlepas bila
dicabut, sebalikanya jika panen terlalu awal akan diperoleh polong dengan biji
muda, sehingga akan keriput bila dikeringkan.
Pembumbunan
tanaman pada stadia berbunga akan mengakibatkan banyak polong muda pada saat
panen. Demikian pula penyulaman, akan mengakibatkan banyak tanaman berpolong
muda pada waktu panen. Pengeringan petakan pada saat menjelang polong tua dapat
membuat pematangan polong lebih seragam serta mutu biji lebih bagus. Hujan terus
menerus atau lingkungan yang lembab pada stadia pematangan polong mengakibatkan
kematangan polong tidak seragam (Sumarno, 1986).
B. Kacang Hijau
Waktu
untuk pemanenan kacang hijau perlu diamati pada minggu terakhir umur tanaman.
Umur panen kacang hijau berbeda-beda tergantung varietasnya. Varietas unggul
kacang hijau umumnya berumur genjah (pendek) yaitu saat tanaman berumur 58-65
hari setelah tanam. Untuk varietas yang berumur panjang baru dipanen pada umur
maksimal 100 hari setelah tanam. Untuk benih, pemanenan dilakukan bila polong
sudah tua dan benih telah keras.
Ketepatan
panen untuk kacang hijau sangat penting karena polongnya mudah pecah jika
kering sehingga akan banyak benih yang hilang di lapang. Demikian pula waktu
panen, hendaknya tidak dilakukan saat hujan atau saat pagi hari dimana masih
ada embun karena akan meningkatkan kadar air benih (Baran Wirawan dan Sri
Wahyuni, 2002).
C. Kedelai
Pemanenan
sebaiknya dilakukan tepat pada waktunya dan menggunakan cara yang beanr.
Apabila polong sudah kelihatan tua, panen harus segera dilakukan. Panen yang
terlambat akan merugikan karena banyak buah yang tua dan kering, sehingga kulit
polong retak-retak dan biji lepas berhamburan. Disamping itu, buah akan gugur
akibat tangkai buah mengering dan lepas dari cabangnya. Oleh karena itu, harus
mengetahui tanda-tanda kedelai siap dipanen, yaitu warna daun menguning, lalu
gugur, polong mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan (± 95%)
dan retak-retak, batang berwarna kuning agak coklat dan mengering.
Panen
sebaiknya dilaksanakan pada pagi hari saat cuaca cerah, agar kegiatan
pengeringan dapat langsung dilaksanakan. Harus dihindarkan panen pada saat
turun hujan (Samsudin S. dan Dadan S. Djakanihardja, 1985).
Umur
panen kedelai ditentukan oleh beberapa faktor yaitu varietas dan ketinggian
tempat penanaman. Di daerah dataran tinggi, umur tanaman kedelai siap panen
lebih lama 10-20 hari dibandingkan di daerah dataran rendah (Lisdiana
Fachruddin, 2000).
Biji
kedelai sebagai bahan konsumsi, berbeda dengan biji yang akan digunakan sebagi
benih. Sebagai bahan konsumsi, kedelai dapat dipetik pada umur 75-100 hari,
sedangkan untuk kedelai yang akan dijadikan benih pada masa tanam berikutnya
dapat dipetik pada umur 100-110 hari, agar kemasakan biji betul-betul sempurna
dan merata.
Masak
fisiologis terjadi jika lebih dari 60% populasi tanaman telah menunjukkan
polong yang berwarna coklat. Pada saat masak fisiologis, benih kedelai telah
lepas dari plasenta di dalam polong. Karena sifat yang higroskopis dan kulitnya
yang tipis, benih sangat peka sekali terhadap pengaruh kelembaban lingkungan.
Dengan kondisi seperti itu, dianjurkan panen dilakukan tidak terlalu lama
setelah benih mencapai masak fisiologis. Jika masak fisiologis tepat pada saat
60% polong telah matang (coklat) maka panen benih dilakukan pada saat polong
matang mencapai 80% (Baran Wirawan dan Sri Wahyuni, 2002). Keterlambatan panen
akan menurunkan mutu fisik dan fiologis benih. Tidak jarang benih hasil panen
terlihat pecah kulit jika terjadi hujan selama benih di lapang.
0 Yorum var:
Sen de yaz