BUDIDAYA
Kol atau Kubis
( Brassica oleracea )
Kol atau Kubis
( Brassica oleracea )
Kol atau kubis merupakan tanaman sayur
famili Brassicaceae berupa tumbuhan berbatang lunak yang dikenal sejak jaman
purbakala (2500-2000 SM) dan merupakan tanaman yang dipuja dan dimuliakan
masyarakat Yunani Kuno.
Mulanya kol merupakan tanaman
pengganggu (gulma) yang tumbuh liar disepanjang pantai laut Tengah, di
karang-karang pantai Inggris, Denmark dan pantai Barat Prancis sebelah Utara.
Kol mulai ditanam di kebun-kebun Eropa kira-kira abad ke 9 dan dibawa ke
Amerika oleh emigran Eropa serta ke Indonesia abad ke 16 atau 17. Pada awalnya kol
ditanam untuk diambil bijinya.
Kubis, kol, kobis, atau kobis bulat
adalah nama yang diberikan untuk tumbuhan sayuran daun yang populer. Tumbuhan
dengan nama ilmiah Brassica oleracea L. Kelompok Capitata ini dimanfaatkan
daunnya untuk dimakan. Daun ini tersusun sangat rapat membentuk bulatan atau
bulatan pipih, yang disebut krop, kop atau kepala (capitata berarti
"berkepala"). Kubis berasal dari Eropa Selatan dan Eropa Barat dan,
walaupun tidak ada bukti tertulis atau peninggalan arkeologi yang kuat, dianggap
sebagai hasil pemuliaan terhadap kubis liar B. oleracea var. sylvestris.
Nama "kubis" diambil dari
bahasa Perancis, chou cabus (harafiah berarti "kubis kepala"), yang
diperkenalkan oleh sebagian orang Eropa.
Pertumbuhan
Kubis memiliki ciri khas membentuk
krop. Pertumbuhan awal ditandai dengan pembentukan daun secara normal. Namun
semakin dewasa daun-daunnya mulai melengkung ke atas hingga akhirnya tumbuh
sangat rapat. Pada kondisi ini petani biasanya menutup krop dengan daun-daun di
bawahnya supaya warna krop makin pucat. Apabila ukuran krop telah mencukupi
maka siap kubis siap dipanen. Dalam budidaya, kubis adalah komoditi semusim.
Secara biologi, tumbuhan ini adalah dwimusim (biennial) dan memerlukan
vernalisasi untuk pembungaan. Apabila tidak mendapat suhu dingin, tumbuhan ini
akan terus tumbuh tanpa berbunga. Setelah berbunga, tumbuhan mati.
Macam-macam kubis
Warna sayuran ini yang umum adalah
hijau sangat pucat sehingga disebut forma alba ("putih"). Namun
demikian terdapat pula kubis dengan warna hijau (forma viridis) dan ungu
kemerahan (forma rubra). Dari bentuk kropnya dikenal ada dua macam kubis: kol
bulat dan kol gepeng (bulat agak pipih). Perdagangan komoditi kubis di
Indonesia membedakan dua bentuk ini.
Terdapat jenis agak khas dari kubis, yang dikenal sebagai
Kelompok Sabauda, yang dalam perdagangan dikenal sebagai kubis Savoy. Kelompok
ini juga dapat dimasukkan dalam Capitata.
Kandungan gizi dan manfaat
Kubis segar mengandung banyak
vitamin (A, beberapa B, C, dan E). Kandungan Vitamin C cukup tinggi untuk
mencegah skorbut (sariawan akut). vitamin A 200 IU, B 20 IU dan C 120 IU mgr.
Vitamin-vitamin ini sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Mineral
yang banyak dikandung adalah kalium, kalsium, fosfor, natrium, dan besi. Kubis
segar juga mengandung sejumlah senyawa yang merangsang pembentukan glutation,
zat yang diperlukan untuk menonaktifkan zat beracun dalam tubuh manusia.
Antigizi
Sebagaimana suku kubis-kubisan lain, kubis mengandung sejumlah senyawa yang dapat merangsang pembentukan gas dalam lambung sehingga menimbulkan rasa kembung (zat-zat goiterogen). Daun kubis juga mengandung kelompok glukosinolat yang menyebabkan rasa agak pahit.
Sebagaimana suku kubis-kubisan lain, kubis mengandung sejumlah senyawa yang dapat merangsang pembentukan gas dalam lambung sehingga menimbulkan rasa kembung (zat-zat goiterogen). Daun kubis juga mengandung kelompok glukosinolat yang menyebabkan rasa agak pahit.
Sentra Penanaman Di Indonesia
Kol banyak ditanam di dataran tinggi dengan sentra terdapat di Dieng, Wonosobo, Tawangmangu, Kopeng, Salatiga, Bobot Sari, Purbalingga, Malang, Brastagi, Argalingga, Tosari, Cipanas, Lembang, Garut, Pengalengan dan beberapa daerah lain di Bali, Timor Timur, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya, tetapi beberapa varietas dapat ditanam di dataran rendah.
Berdasarkan klasifikasinya, kol/kubis termasuk dalam:
Kol banyak ditanam di dataran tinggi dengan sentra terdapat di Dieng, Wonosobo, Tawangmangu, Kopeng, Salatiga, Bobot Sari, Purbalingga, Malang, Brastagi, Argalingga, Tosari, Cipanas, Lembang, Garut, Pengalengan dan beberapa daerah lain di Bali, Timor Timur, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya, tetapi beberapa varietas dapat ditanam di dataran rendah.
Berdasarkan klasifikasinya, kol/kubis termasuk dalam:
a) Divisi : Spermatophyta
b) Sub Divisi : Angiospermae c) Klas : Dicotyledonae d) Famili : Cruciferae e) Genus : Brassica f) Spesies : Brassica oleracea |
|
FASE TANAM
1. Jarak tanam
Jarak tanam jarang 70 x 50 cm atau jarak tanam rapat 60 x 50 cm
1. Jarak tanam
Jarak tanam jarang 70 x 50 cm atau jarak tanam rapat 60 x 50 cm
2. Bibit
Bibit yang telah berumur 3 - 4 minggu memiliki 4 - 5 daun siap ditanam
Bibit yang telah berumur 3 - 4 minggu memiliki 4 - 5 daun siap ditanam
3. Pemupukan
Pupuk dasar diberikan sehari sebelum tanam dengan dosis 250 kg/ha TSP, 50 kg/ha Urea, 175 kg/ha ZA dan 100 kg/ha KCl.
Pupuk dasar dicampur secara merata lalu diberikan pada lubang tanam yang telah diberi pupuk kandang, kemudian ditutup kembali dengan tanah.
Pupuk dasar diberikan sehari sebelum tanam dengan dosis 250 kg/ha TSP, 50 kg/ha Urea, 175 kg/ha ZA dan 100 kg/ha KCl.
Pupuk dasar dicampur secara merata lalu diberikan pada lubang tanam yang telah diberi pupuk kandang, kemudian ditutup kembali dengan tanah.
4. Cara tanam
- Buat lubang tanam dengan tugal sesuai jarak tanam
- Pilih bibit yang segar dan sehat
- Tanam bibit pada lubang tanam
- Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang langsung ditanam bersama bumbungnya
- Bila bibit disemai pada polybag plastik, keuarkan bibit dari polibag lalu baru ditanam
- Bila disemai dalam bedengan ambil bibit beserta tanahnya sekitar 2-3 cm dari batang sedalam 5 cm dengan solet (sistem putaran)
- Setelah ditanam, siram bibit dengan air sampai basah
- Kubis dapat ditumpangsarikan dengan tomat dengan cara tanam : 2 baris kubis 1 baris tomat. Tomat ditanam 3 atau 4 minggu sebelum kubis.
- Buat lubang tanam dengan tugal sesuai jarak tanam
- Pilih bibit yang segar dan sehat
- Tanam bibit pada lubang tanam
- Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang langsung ditanam bersama bumbungnya
- Bila bibit disemai pada polybag plastik, keuarkan bibit dari polibag lalu baru ditanam
- Bila disemai dalam bedengan ambil bibit beserta tanahnya sekitar 2-3 cm dari batang sedalam 5 cm dengan solet (sistem putaran)
- Setelah ditanam, siram bibit dengan air sampai basah
- Kubis dapat ditumpangsarikan dengan tomat dengan cara tanam : 2 baris kubis 1 baris tomat. Tomat ditanam 3 atau 4 minggu sebelum kubis.
FASE PRA PEMBENTUKAN KROP (0 - 49
HARI )
- Penyiraman dilakukan tiap hari pada pagi atau sore hari
- Pemupukan susulan dilakukan pada umur 28 hari dengan dosis 50 kg/ha Urea, 175 kg/ha ZA dan 100 kg/ha KCl
- Penyiangan (penggemburan dan pembubunan tanah) dilakukan pada umur 2 dan 4 minggu
- Perempelan cabang atau tunas-tunas samping dilakukan seawal mungkin supaya pembentukan bunga optimal
- Penyiraman dilakukan tiap hari pada pagi atau sore hari
- Pemupukan susulan dilakukan pada umur 28 hari dengan dosis 50 kg/ha Urea, 175 kg/ha ZA dan 100 kg/ha KCl
- Penyiangan (penggemburan dan pembubunan tanah) dilakukan pada umur 2 dan 4 minggu
- Perempelan cabang atau tunas-tunas samping dilakukan seawal mungkin supaya pembentukan bunga optimal
- Hama yang menyerang pada fase ini
antara lain Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.), Ulat daun kubis (Plutella
xylostella L.), Ulat krop kubis (Crocidolomia binotalis Zell.), Ulat krop
bergaris (Hellula undalis F.)
- Lakukan pengamatan tiap minggu sekali terhadap hama-hama
tersebut mulai kubis umur 13 hari. Populasi tertinggi terjadi pada awal musim
kemarau
- Cara pengendalian; kumpulkan dan musnah secara mekanik, sanitasi lingkungan.
- Tanaman muda yang mati karena penyakit rebah kecambah (Rhizoctonia solani Kuhn.) dicabut, kemudian disulam dengan tanaman baru yang sehat.
- Cara pengendalian; kumpulkan dan musnah secara mekanik, sanitasi lingkungan.
- Tanaman muda yang mati karena penyakit rebah kecambah (Rhizoctonia solani Kuhn.) dicabut, kemudian disulam dengan tanaman baru yang sehat.
HAMA DAN PENYAKIT
Pengendalian Hama dan Penyakit
Kegiatan pengendalian hama dan
penyakit merupakan faktor terpenting dalam budidaya kubis ramah lingkungan. Hal
ini disebabkan tujuan kegiatan ini adalah menghemat penggunaan pestisida dengan
bertumpu pada konsep pengendalian hama terpadu (PHT). Adapun cara pengendalian
beberapa hama dan penyakit kubis dengan konsep PHT dapat dilakukan sebagai
berikut :
Untuk pengendalian hama ulat krop kubis yang disebabkan
(Crocidolomia binotalis Zell) dapat
dilakukan dengan cara mengumpulkan (memusnahkan) telur, larva atau imago yang
ditemukan. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan bila ditemukan 3 paket
telur pada 10 tanaman dan 5 % tanaman terserang hama tersebut. Pengendalian
kimia cara tersebut dapat menghemat/menekan penggunaan pestisida 7 – 11 kali
penyemprotan. Pemilihan bahan aktif insektisida dilakukan dengan selektif dan
yang efektif diantaranya Bacillus thuringiensis (Turex, Thuricide), sipermetrin
(Cymbush), Klorfluazuron (Atabron), lufenuron (Match), Lamda sihalotrin
(Matador), Protiofos (Tokuthion) dan lain-lain. Selain itu dapat juga digunakan
pestisida nabati atau biologi dengan dosis anjuran adalah : Bacillus
thurigiensis, biji sirsak atau dengan menggunakan biji nimba 30 gr/liter.
Untuk pengendalian hama ulat kubis Plutella xytostella dapat dilakukan dengan cara mekanis dan kimia. Cara mekanis
yaitu dengan memusnahkan dan mengumpulkan semua larva imago yang ditemukan,
sedangkan cara kimiawi dilakukan dengan penggunaan pestisida selektif bila
ditemukan 5 larva setiap 10 tanaman dan 5% dari jumlah tanaman telah terserang
hama tersebut. Dengan melakukan pengamatan, maka akan menghemat penggunaan
pestisida 7 – 11 kali penyemprotan dengan dosis 0,5 – 1cc/liter tiap
penyemprotan. Hama ulat kubis ( Plutella maculipennis), dikendalikan dengan
Diazinon atau Bayrusil 1 -2 cc/1 air dengan frekwensi penyemprotan 1 minggu.
Sedangkan ulat kubis (Crocidolonia binotalis) dikendalikan dengan Bayrusil 13 cc/1
air.
Pengendalian penyakit bengkak akar yang disebabkan oleh
jamur Plasmodiophora brassicae
yang ditandai daun-daun kubis layu, bila tanaman tersebut dicabut pada akarnya
akan terlihat ada pembengkakkan. Untuk mengendalikannya dapat dilakukan antara
lain sebagai berikut :
(1) penggunaan varietas tahan P. brassicae seperti 72754, G6-voloqod shajas, Zimjaja dan Winter.,
(2) perlakuan benih dengan pestisida nabati berupa ekstrak daun/umbi bawang putih (8%) selama 2 jam,
(3) tanah untuk persemaian menggunakan tanah dari luar daerah endemis atau tanah lapisan bawah (min. 40 cm) yang dikukus atau diberi fungisida,
(4) melakukan pengapuran dengan dolomit 2 ton/hektar dilakukan 15 hari sebelum tanam, (5) tanah diinokulasi dengan Gliogladium (Bio GL) dosis 11 cc/liter atau Glio kompos 1 kg/4 meter2 sehari sebelum tanam atau Dazomet 30-40 gram/m2 (200-267 gram/ha) 2 minggu sebelum tanam,
(6) mencabut tanaman muda yang terserang dan memusnahkannya kemudian
(7) memusnahkan segera sisa panen .
(1) penggunaan varietas tahan P. brassicae seperti 72754, G6-voloqod shajas, Zimjaja dan Winter.,
(2) perlakuan benih dengan pestisida nabati berupa ekstrak daun/umbi bawang putih (8%) selama 2 jam,
(3) tanah untuk persemaian menggunakan tanah dari luar daerah endemis atau tanah lapisan bawah (min. 40 cm) yang dikukus atau diberi fungisida,
(4) melakukan pengapuran dengan dolomit 2 ton/hektar dilakukan 15 hari sebelum tanam, (5) tanah diinokulasi dengan Gliogladium (Bio GL) dosis 11 cc/liter atau Glio kompos 1 kg/4 meter2 sehari sebelum tanam atau Dazomet 30-40 gram/m2 (200-267 gram/ha) 2 minggu sebelum tanam,
(6) mencabut tanaman muda yang terserang dan memusnahkannya kemudian
(7) memusnahkan segera sisa panen .
Pengendalian penyakit bercak daun Altenaria dapat dilakukan dengan merendam benih dalam air panas
(50oC) selama 15 menit, penggunaan jarak tanam yang agak lebar agar sirkulasi
tanaman tidak terganggu, dan terakhir adalah penggunaan fungisida bila tanaman
belum membentuk krop dan serangan lebih dari 10%. Dalam pengendalian hama dan
penyakit kubis dengan pestisida harus memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut:
(1) melakukan penyemprotan setelah ambang kendali untuk masing-masing hama atau penyakit terlewati,
(2) pemilihan pestisida yang tepat dan efektif,
(3) tidak menggunakan oplosan dari beberapa bahan aktif pestisida yang berbeda,
(4) Melakukan penyemprotan secara bergantian agar hama dan penyakit tidak kebal,
(5) tidak mengurangi atau menambah takaran dari dosis yang dianjurkan,
(6) waktu dan frekwensi penyemprotan dilakukan secara tepat dimana waktu penyemprotan sebaiknya pagi sekali atau sore dengan frekwensi tidak dirapatkan karena dapat meninggalkan residu pada hasil panen dan hama penyakit menjadi kebal.
(1) melakukan penyemprotan setelah ambang kendali untuk masing-masing hama atau penyakit terlewati,
(2) pemilihan pestisida yang tepat dan efektif,
(3) tidak menggunakan oplosan dari beberapa bahan aktif pestisida yang berbeda,
(4) Melakukan penyemprotan secara bergantian agar hama dan penyakit tidak kebal,
(5) tidak mengurangi atau menambah takaran dari dosis yang dianjurkan,
(6) waktu dan frekwensi penyemprotan dilakukan secara tepat dimana waktu penyemprotan sebaiknya pagi sekali atau sore dengan frekwensi tidak dirapatkan karena dapat meninggalkan residu pada hasil panen dan hama penyakit menjadi kebal.
FASE PEMBENTUKAN CROP ( 50 - 90 HARI )
- Penyiangan secara manual dengan tangan perlu dilakukan sampai kira-kira satu minggu sebelum panen
- Lakukan pengamatan lebih intensif terhadap hama yang merusak berat pada fase ini yaitu; Ulat Daun Kubis (P. xylostella) dan Ulat krop kubis (C. binotalis), biasanya Pebruari Maret
- Serangan hama menjelang panen tidak perlu dikendalikan (secara kimia)
- Penyiangan secara manual dengan tangan perlu dilakukan sampai kira-kira satu minggu sebelum panen
- Lakukan pengamatan lebih intensif terhadap hama yang merusak berat pada fase ini yaitu; Ulat Daun Kubis (P. xylostella) dan Ulat krop kubis (C. binotalis), biasanya Pebruari Maret
- Serangan hama menjelang panen tidak perlu dikendalikan (secara kimia)
PANEN DAN PASCA PANEN
Tanaman kubis dapat dipetik kropnya setelah besar, padat dan umur berkisar antara 3 - 4 bulan setelah penyebaran benih. Hasil yang didapat rata-rata untuk kubis telur 20 - 60 ton/ha dan kubis bunga 10 -15 ton/ha. Pemungutan hasil jangan sampai terlambat, karena kropnya akan pecah (retak), kadang-kadang akan menjadi busuk. Sedangkan untuk kubis bunga, jika terlambat bunganya akan pecah dan keluar tangkai bunga, hingga mutunya menjadi rendah
Tanaman kubis dapat dipetik kropnya setelah besar, padat dan umur berkisar antara 3 - 4 bulan setelah penyebaran benih. Hasil yang didapat rata-rata untuk kubis telur 20 - 60 ton/ha dan kubis bunga 10 -15 ton/ha. Pemungutan hasil jangan sampai terlambat, karena kropnya akan pecah (retak), kadang-kadang akan menjadi busuk. Sedangkan untuk kubis bunga, jika terlambat bunganya akan pecah dan keluar tangkai bunga, hingga mutunya menjadi rendah
- Kubis dipanen setelah berumur 81- 105 hari
- Ciri-ciri kubis siap panen bila tepi daun krop terluar pada bagian atas krop sudah melengkung ke luar dan berwarna agak ungu, krop bagian dalam sudah padat.
- Pada saat panen diikursertakan dua helai daun hijau untuk melindungi krop
- Jangan sampai terjadi memar atau luka
- Amati penyakit Busuk Lunak (Erwinia carotovora) dan Busuk Hitam (Xanthomonas camprestris)
- Daun-daun kubis yang terinfeksi harus dibuang.
- Ciri-ciri kubis siap panen bila tepi daun krop terluar pada bagian atas krop sudah melengkung ke luar dan berwarna agak ungu, krop bagian dalam sudah padat.
- Pada saat panen diikursertakan dua helai daun hijau untuk melindungi krop
- Jangan sampai terjadi memar atau luka
- Amati penyakit Busuk Lunak (Erwinia carotovora) dan Busuk Hitam (Xanthomonas camprestris)
- Daun-daun kubis yang terinfeksi harus dibuang.
Peningkatan Mutu Hasil
Untuk
memperoleh krop kubis yang baik, maka kubis harus dipanen tepat waktu.
Kepadatan dan kekompakan digunakan sebagai penetapan saat panen. Biasanya kubis
dipanen setelah umur 81-105 hari di pertanaman dan tergantung pada varietas
yang ditanam. Panen yang terhambat akan menyebabkan krop pecah. Untuk
penyemprotan sebaiknya tidak dilakukan lagi 2 minggu sebelum dipanen.
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma kubis dapat dilakukan saat tanaman mulai ditumbuhi gulma. Gulma yang ada dicabut sampai akarnya. Pada tanah yang jumlah gulmanya banyak dapat dilakukan dengan pemberian herbisida sebelum tanam. Adapun herbisida yang dapat digunakan antara lain yang berbahan aktif glifosat, parakuat diklorida, oksifluorfen dan lain-lain.
Pengendalian gulma kubis dapat dilakukan saat tanaman mulai ditumbuhi gulma. Gulma yang ada dicabut sampai akarnya. Pada tanah yang jumlah gulmanya banyak dapat dilakukan dengan pemberian herbisida sebelum tanam. Adapun herbisida yang dapat digunakan antara lain yang berbahan aktif glifosat, parakuat diklorida, oksifluorfen dan lain-lain.
0 Yorum var:
Sen de yaz